Teknologi Jadi Kunci Keberhasilan Perempuan Modern
loading...
A
A
A
PERKEMBANGAN teknologi digital yang begitu cepat ikut memengaruhi dan mengubah segala aspek kehidupan. Kemajuan teknologi digital bisa menjadi alat bagi perempuan untuk lebih berpartisipasi dalam berbagai bidang sekaligus mempromosikan kesetaraan gender.
Keterlibatan perempuan dianggap sangat penting dalam memajukan perekonomian negara melalui industri teknologi. Terbukti, 64,5% usaha menengah kecil dan mikro (UMKM) dirintis oleh kaum perempuan lewat pemanfaatan digital. Kegiatan ini mampu memberikan kontribusi sebanyak 5% terhadap ekspor Indonesia.
Namun, menurut survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Interner Indonesia (APJII), pengguna internet perempuan di Indonesia pada 2019 sebanyak 48,57%, sedangkan pengguna laki-laki mencapi 51,43%. Perbedaan angka penggunaan internet menjadi salah satu indikasi masih adanya kesenangan antara perempuan dan laki-laki di industri teknologi. Dampaknya, perempuan akan menemui kendala dalam mengembangkan potensi diri.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, salah satu di antaranya adalah perempuan cenderung mempertimbangkan soal gender saat akan bekerja. Mereka merasa tidak pantas untuk sukses dalam bidang tersebut karena faktor dominasi laki-laki.
"Karena kita tahu jumlah perempuan di industri teknologi sedikit, jadi bagaimana caranya peran teknologi sudah harus dikampanyekan sejak dini. Mereka harus tahu kalau teknologi is cool for women dan bisa memberikan mata pencaharian baru," jelas pengamat ketenagakerjaan Payaman Simanjuntak.
Saat ini masih terdapat sebuah pakem yang membuat bidang teknologi terlihat seperti bidang yang tidak umum untuk digeluti oleh perempuan. Padahal, pada era yang sangat dinamis ini tuntutan memahami sains dan teknologi dari perempuan semakin tinggi.
Payaman menilai dengan lebih banyaknya perempuan berperan di dunia teknologi, bukan saja menjawab ketimpangan gender. Tetapi juga bisa memastikan riset yang diproduksi itu terbaik dan sudah mempertimbangkan berbagai hal.
Misalnya, saat ini di Indonesia banyak bermunculan perusahaan berbasis teknologi, seperti e-commerce dan penyedia jasa sarana transportasi online. Keduanya tidak hanya membantu memudahkan perempuan dalam memenuhi kebutuhan dan bermobilisasi kemana pun, tetapi mereka juga dapat menduduki peran penting di dalamnya.
Seperti, Agustin Lubis CEO & Founder Halosis. Halosis adalah startup e-commerce lokal yang menyediakan fitur asisten jualan (chatbot), sehingga para penjual online terbantu dan dapat menaikkan penjualan mereka. Aplikasi ini pun bisa digunakan di banyak platform, seperti instagram, Facebook, dan LINE‎.
Awal mula Agustin membuat aplikasi ini untuk membantu para penjual online di media sosial yang kebanyakan kaum perempuan. Mereka terdiri dari orang-orang yang mencari penghasilan tambahan, hingga para ibu rumah tangga yang ingin meningkatkan taraf hidup keluarga. "Dari situlah saya muncul ide untuk membantu mereka agar dapat menjalankan usahanya secara lebih efisien," tuturnya.
Keterlibatan perempuan dianggap sangat penting dalam memajukan perekonomian negara melalui industri teknologi. Terbukti, 64,5% usaha menengah kecil dan mikro (UMKM) dirintis oleh kaum perempuan lewat pemanfaatan digital. Kegiatan ini mampu memberikan kontribusi sebanyak 5% terhadap ekspor Indonesia.
Namun, menurut survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Interner Indonesia (APJII), pengguna internet perempuan di Indonesia pada 2019 sebanyak 48,57%, sedangkan pengguna laki-laki mencapi 51,43%. Perbedaan angka penggunaan internet menjadi salah satu indikasi masih adanya kesenangan antara perempuan dan laki-laki di industri teknologi. Dampaknya, perempuan akan menemui kendala dalam mengembangkan potensi diri.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, salah satu di antaranya adalah perempuan cenderung mempertimbangkan soal gender saat akan bekerja. Mereka merasa tidak pantas untuk sukses dalam bidang tersebut karena faktor dominasi laki-laki.
"Karena kita tahu jumlah perempuan di industri teknologi sedikit, jadi bagaimana caranya peran teknologi sudah harus dikampanyekan sejak dini. Mereka harus tahu kalau teknologi is cool for women dan bisa memberikan mata pencaharian baru," jelas pengamat ketenagakerjaan Payaman Simanjuntak.
Saat ini masih terdapat sebuah pakem yang membuat bidang teknologi terlihat seperti bidang yang tidak umum untuk digeluti oleh perempuan. Padahal, pada era yang sangat dinamis ini tuntutan memahami sains dan teknologi dari perempuan semakin tinggi.
Payaman menilai dengan lebih banyaknya perempuan berperan di dunia teknologi, bukan saja menjawab ketimpangan gender. Tetapi juga bisa memastikan riset yang diproduksi itu terbaik dan sudah mempertimbangkan berbagai hal.
Misalnya, saat ini di Indonesia banyak bermunculan perusahaan berbasis teknologi, seperti e-commerce dan penyedia jasa sarana transportasi online. Keduanya tidak hanya membantu memudahkan perempuan dalam memenuhi kebutuhan dan bermobilisasi kemana pun, tetapi mereka juga dapat menduduki peran penting di dalamnya.
Seperti, Agustin Lubis CEO & Founder Halosis. Halosis adalah startup e-commerce lokal yang menyediakan fitur asisten jualan (chatbot), sehingga para penjual online terbantu dan dapat menaikkan penjualan mereka. Aplikasi ini pun bisa digunakan di banyak platform, seperti instagram, Facebook, dan LINE‎.
Awal mula Agustin membuat aplikasi ini untuk membantu para penjual online di media sosial yang kebanyakan kaum perempuan. Mereka terdiri dari orang-orang yang mencari penghasilan tambahan, hingga para ibu rumah tangga yang ingin meningkatkan taraf hidup keluarga. "Dari situlah saya muncul ide untuk membantu mereka agar dapat menjalankan usahanya secara lebih efisien," tuturnya.